Selasa, 17 Maret 2009

Robbiii.... ilhamkanlah kpdku kemampuan utk bersyukur

Ah betapa susahnya aku, dan mungkin juga kita, mensyukuri segala anugrah. Sampai-sampai para bijak bestari menasehatkan agar dalam do'a do'a kita jangan lupa menyisipkan: "Ya Alloh.... ilhamkanlah kepada kami kemampuan untuk bersyukur atas segala nikmat yang telah Paduka anugrahkan kepada kami..."



Seringkali kali aku baru tergerak untuk bersyukur kalau anugrah itu sebesar bukit. Itupun seringkali baru sebatas bersyukur secara verbal, mengucap Alhamdulillah. Sedangkan anugrah2, yang katakanlah tak sebesar bukit, aku abai. Tapi, adakah anugrah yang tak sebesar bukit? Jangan2 kita yang teramat pandir dan mengatakan Gunung Semeru tak lebih besar dari seekor katak.



Benarkah tak pusingnya kepalaku, tak sakitnya gigiku, tak mapetnya hidungku adalah anugrah tak sebesar bukit? Dan karenanya, aku tak tergerak untuk mensyukurinya?



Oohhh.... pandirnya aku yang selalu terlambat menyadari adanya anugrah itu hanya pada saat anugarah itu diambil oleh-Nya, meski hanya sebentar. Terasa benar nikmatnya tak pusing kepala, justru pada saat sakit kepala. Terasa benar nikmat tak sakit gigi, justru saat sakit gigi. Terasa benar nikmatnya hidung tak mampet, justru pada saat hidung mampet.



Gusti..... Nyuwun agunge pangapunten.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar