Minggu, 08 Maret 2009

Cerita kaki langit (2): Menggendong ibuku.

Setiap kali ingat ibuku nan jauh di kampung halaman, aku ingat cerita ini. Seolah tiba-tiba saja aku dihadapkan pada sebuah cermin, yang dengannya aku menjadi tahu, dan harus aku katakan, belum seujung kuku apa yang telah aku lakukan pada ibuku.

Di sebuah musim haji ketika itu, seorang sahabat menemui Rosululloh SAW.

"Ya Rosul, dengan segenap takdzim dan tawadlukku, aku telah menggendong ibuku selama tiga bulan ini. Beliau ingin sekali menunaikan ibadah haji, dan aku telah menggendongnya melintasi terik padang pasir, dari kampung halamanku sampai ke Mekkah ini. Tidak kurang dari tiga bulan lamanya. Apakah cukup takdzim dan tawadlukku kepada ibuku?"

Sangat kebapakan, dan singkat sekali Rosululloh menjawab, "Belum."

Hemmm.... Kalau aku meng-akumulasikan segala hal yang telah aku lakukan untuk ibuku sampai hari ini, dan kemudian aku konversikan kedalam hari-gendong-panas-terik, ah... rasanya tak lebih dari satu hari-gendong-panas-terik. Tidak lebih. Bahkan, mungkin kurang.

Indahnya hari2 Sampiyan semua, karena Sampiyan telah jauh melampaui aku. Kuantisasi takdzim dan tawadluk Sampiyan ke ibu Sampiyan tentulah sudah dekat dengan angka 30 hari-gendong-panas-terik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar