Senin, 30 Maret 2009

Dadi Wong. Jadi Manusia.

Nama aslinya sangat gagah. Juga inspiratif. Sabrang Mowo Damar Panuluh. Sepenuhnya Bahasa Jawa. Sabrang, menyeberang. Mowo, dengan. Damar, pelita. Panuluh, penyuluh, penerang. Dengan terjemahan leksikal seperti itu, monggo Sampiyan nak-nik sendiri apa arti dibalik nama itu? Dan kira-kira bapak dan ibunya menitipkan do’a apa pada nama itu untuk si anak. Tapi, apakah Sampiyan kenal dengan nama itu? Nama ini tidak banyak dikenal, nyaris terbenam oleh nama pop-nya: Noe-Letto.

Karena kedekatan budaya dengan bapaknya, aku diundang, dan karenanya, malam itu (26/3/09) aku datang pada acara ngunduh mantu si Noe Letto ini. Konsep dan tema acaranya sangat bagus: Paseduluran Tanpa Tepi dan di-running nyaris tanpa cela di pelataran Monumen Jogja Kembali. Persaudaraan Tanpa Tepi. Persaudaraan yang tak dibatasi oleh atribut artifial apapun. Karena sampiyan direktur maka sampiyan saudaraku, sama persis dengan: karena sampiyan tukang cukur maka sampiyan saudaraku. Benar-benar tanpa tepi. Karena sampiyan mahasiswa maka sampiyan saudaraku, sama persis dengan: karena sampiyan profesor maka sampiyan saudaraku.

Yang juga menarik malam itu adalah ular-ular yang diberikan oleh Gus Mus untuk mempelai. Yang aku maksud, K.H. Musthofa Bisri Rembang. Kalimatnya bersahaja dan sangat enak didengar. Dadio wong sing iso nguwongne wong. Jadilah manusia yang bisa memanusiakan manusia. Dalam peran sebagai suami, ambillah itu sebagai bekal. Dalam srawong sesama jadikanlah itu sebagai bekal. Bahwa di manusia terdapat salah dan kurang, itu pasti. Bahwa di seribu manusia terdapat seribu, bahkan mungkin seribu satu, karakter itu niscaya.

Selebihnya, monggo sampiyan hendak mengambil tafsir apa atas kalimat itu. Dadio wong sing iso nguwongne wong. Menjadi manusia yang dapat memanusiakan manusia.

1 komentar:

  1. Dadio wong sing iso nguwongne wong. Jeru tenan Lek, tapi wis kudune ngunu iku. Apik elek lakune liyan, tetep ae iku ono menungsane. Repot e, sajeroning lelaku iki, kok mesti butuh "energi" ekstra kanggo "eling" ning, yen kanggo "emosi" kok cik gampange. Lha nek ngene carane kapan ular-ulare Gus Mus klaksanan.

    BalasHapus